TETAP FOKUS BERIBADAH
Tradisi masyarakat dalam menyambut idul fitri terkadang menyita banyak waktu dan perhatian serta biaya, mulai menyiapkan hidangan para tamu yang pasti datang, juga menyiapkan hidangan special hari raya, seperti ketupat, lontong dan opor, hingga menyiapkan pakaian baru, terutama untuk anak-anak, serta kelengkapan lainnya. Apapun yang dilakukan oleh masyarakat seperti itu tentu tidak jelek, meskipun pada saat yang lalu ada aktifitas yang dilakukan dan sangat membahayakan, seperti keperluan untuk petasan. Dan harus diakui bahwa masih ada sebagian masyarakat kita yang memang belum dapat mennggalkan kebiasaan petasan tersebut, walaupun telah dilarang.
Kesibukan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi tradisi tersebut sunguh terkadang juga sudah dimulai pada pertengahan bulan Ramadlan hingga menjelang lebaran. Akibatnya sering menyita banyak perhatian dan bahkan sampai mengalahkan perhatiannya kepada kegiatan Ramadlan. Kondisi tersebut secara kasat mata dapat dilihat misalnya dengan berkurangnya umat Islam yang mengikuti shalat tarawih pada paruh akhir Ramadlan, sepinya tadarrus yang biasanya di awal Ramadlan sangat marak dilakasnakan oleh umat, dan merebaknya penjualan beranaka ragam makanan dan lainnya.
Bahkan bagi sebagian masyarakat tertentu, lima hari menjelang idul fitri, biasanya juga disibukkan dengan persiapan menjual ketupat atau janur daun kelapa muda untuk dibuat ketupat. Kegitan tersebut dilakukan siang malam dan biasanya lalu tidak melakukan aktifitas halat tarawih yang dianggapnya hanya sebagai kesunnahan saja dan tidak berdosa untuk ditingalkan. Memang benar bahwa shalat tarawih itu merupakan aktifitas ibadah sunnah, namun akan sangat rugi sekali bagi mereka yang tidak melaksanakannya dan menganggapnya remeh dibandingkan dengan kegiatan duniawi menyambut lebaran.
Kenyataan seperti itulah yang barangkali yang menjadi pertimbangan Allah SWT untuk terus memberikan motivasi kepada orang yang berpuasa untuk tetap focus dalam menjalankannya, termasuk motivasi akan diberikannya pahala yang sangat luar biasa berupa lailatul qadar. Dan seperi yang kita ketahui bahwa nilai dari lailatul qadar tersebut lebih baik daripada seribu bulan. Artinya jika kita menemukan lailatul qadar tersebut, dan sekaligus dapat memanfaatkannya untuk amal kebaikan, tentu kita akan mendapatkan pahala yang sangat besar sebagai investasi akhirat kita. Dan sebagaimana kita ketahui pula bahwa lailatur qadar yang sedemikian luar biasa tersebut akan diturunkan oleh Allah SWT pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan, dimana kebanyak umat Islam telah "lelah" menjalankan ibadah di bulam Ramadlan.
Jadi dengan demikian sangat bijaksana, manakala dalam kondisi yang demikian Allah kemudian memompa semangat umat Islam untuk tetap trengginas dalam menjalankan ibadah Ramadlan, dengan memberikan iming-iming balasan pahala yang demikian dahsyat. Itu pula yang kemudian sehausnya diingat oleh seluruh umat, agar mendekati lebaran seperti sekarang ini, tetap focus dalam menjalankan ibadah dan tidak terlena dalam mempersiapkan lebaran yang sifatnya hanya sebagai aspek sekunder.
Tetapi sayangnya masih banyak diantara saudara kita yang kuang tertarik dengan hal-hal yang belum dapat disaksikan dan memberikan manfaat secara instant, seperti pahala tersebut. Akibatnya meskipun Tuhan telah memberikan janji yang begitu luar biasa, namun sambutan umat ternyata biasa-biasa saja, bahkan banyak yang cenderung kurang memperhatkannya atau mengabakannya. Tetapi karena hal tersebut menyangkut aspek yang sangat krusial, maka kiranya perlu diingatkan kepada seluruh umat agar tetap memelihara iman dan merealisasikan sikap iman tersebut untuk melaksanakan amalan-amalan baik, khususnya di bulan suci ini.
Allah SWT sendiri sesungguhnya telah memperingatkan kepada kita agar kita selalu menjaga konsistensi kita dalam mengingat dan beribadah kepada-Nya, jangan sampai terlena dengan aktifitas duniawi seperti mengurus harta dan anak, hingga sampai melupakan Tuhan dan kewajiban sebagai hamba Tuhan dan umat yang bertanggung jawab. Firman Allah mengenai hal tersebut ialah " Wahai orang-orang yang beriman janganlah harta-harta dan anak-anak kalian melalaikan dari mengingat Allah, karena barang siapa melakukannya, maka ia termasuk orang-orang yang rugi".
Dengan mengacu kepada firman Tuhan tersebut tentunya sangat disayangkan kalau sampai hanya mempersiapkan idul fitri, kita terlena mengingat Tuhan dan hanya focus kepada aktifitas yang berkonotasi duniawi semata. Firman Tuhan tersebut sangat tepat untuk memberikan peringatan bagi sebagian warga umat Islam yang terbiasa focus kepada persiapan lebaran dan meninggalkan ibadah kepada Tuhan, karena sikap yang demikian sesungguhnya sangat merugikan diri sendiri. Justru seharusnya pada hari-hari terakhir di bulan suci Ramadlan ini, kita selayaknya semakin focus dan menambah kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Allah SWT.
Hanya orang-orang yang akan beruntunglah yang selalu mengharapkan bahwa saat-saat dimana Tuhan memberikan kesempatan yang langka seperti sepuluh hari terakhir Ramadlan, akan menjadi perhatian dan sekaligus dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan tidak jarang diantara mereka itu ada yang sangat sedih dengan berakhirnya masa-masa seperti itu. Dikisahkan dari orang-orang salih zaman dahulu bahwa setiap menjelang akhir Ramadlan, banyak diantara orang-orang salaih tersebut yang menangis, tetapi bukan menangisi kondisi karena belum dapat mempersiapkan lebaran, atau belum dapat membelikan baju keluarganya atau karea belum mendapatkan uang untuk merayakan idul fitri,sekali lagi bukan dalam urusan seperti itu. Tetapi mereka bersedih dan bahkan sampai menangis adalah disebabkan akan berpisah dengan Ramadlan.
Ada tiga hal yang menjadi focus mereka, sehingga mereka sangat sedih, yakni akankah puasa yang selama satu bulan dijalankannya tersebut akan benar-benar diterima oleh Allah SWT. Mereka sangat khwatir, jangan-jangan puasa mereka itu tidak diterima oleh Tuhan, yang menyebabkan mereka akan sangat rugi, krena mereka sangat yakin bahwa puasa yang diterima oleh Tuhan akan menjadikannya diampuni segala dosa dan kesalahannya, tetapi puasa yang tidak diterima, tidak akan memberikan manfaat apapun, bahkan hanya akan mendapatkan lapar dan dahaga semata. Untuk itulah mereka sangat memperhatikan persoalan ini. Sesungguhnya mereka telah berupaya sedemikian rupa untuk melaksanakan puasa dan menjalankan segala anjuran serta menjuhkan diri dari larangan, namun mereka masih sangat khawatir kalau-kalau Tuhan belum berkenan menerimanya, sehingga mereka sangat sedih dan terkadang sampai menangis.
Alasan kedua mengapa mereka menjadi sedih di akhir Ramadlan, ialah disebabkan karena mereka sangat khawatir jangan-jangan mereka masih menyisakan masalah dengan makhluk Tuhan yang lain, sehingga mereka belum dimaafkan oleh manusia tersebut, yang akan menyebabkan ersendatnya jalan mereka menuju ampunan Tuhan. Mereka sangat yakin bahwa Tuhan belum akan memaafkan dan memasukkannya kedalam surga, sebelum mereka terbebas dari kesalahan terhadap manusia lain atau telah mendapatkan maaf dari orang lain tersebut.
Sementara alasan ketiga mengapa mereka merasa sangat sedih danbahkan sampai menangis di akhir Ramadlan ialah kekhawatiran mereka jangan-jangan mereka tidak akan bertemu lagi dengan Ramadlan tahun depan. Kalau hal tersebut terjadi maka mereka akan tidak dapat memanfaatkan kesempatan mendapatkan pahal yang begitu besar di bulan Ramadlan. Mereka tahu dan menyadari bahwa meskipun Tuhan telah memberikan kesempatan untuk beramal di Ramadlan tahun ini, namun mereka merasa hal tersebut belum cukup dan belum maksimal, karena itu mereka sangat mengharapkan akan dapat bertemu kembali dengan bulan yang penuh berkah dan ampuna tersebut pada tahun berikutnya. Mereka sangat khawatir kalau Tuhan tidak memberi mereka kesempatan untuk dapat berteu lagi dengan amadlan.
Itulah gambaran orang-orang salih yang justru akan merasa kehilangan dengan berlalunya Ramadlan, dan sangat bertolak belakang dengan sikap kebanyakan umat Islam yang merasa bangga dan senang setelah selesainya Ramadlan, dan bahkan dengan bangganya mereka meneriakkna sebuah kemenangan disebabkan telah selesai menjalankan ibadah puasa tersebut.
Kita juga diingatkan oleh pernyataan Nabi Muhammad SAW yang mengandaikan umatna yang megetahui rahasia dan kehebatan Ramadlan yang akan berharap kepada Tuhan agar setahun lamanya dijadikan sebagai Ramadlan. Semua itu sesungguhnya menunjukkan bahwa Ramadlan itu merupakan bulan suci yang sangat luar biasa dan mengandung hikmah dan rahasia yang sangat dahsyat, sehingga patutlah kalau kita saling mengingatkan agar kita tidak memperlakukan Ramadlan dengan perlakukan yang kurang focus dan bahkan cenderung megabaikan.
Apapun yang kita lakukan lebih-lebih pada hari-hari terakhir, kita harus tetap focus dalam menjalankan ibadah di Ramadlan. Mempersiapkan lebaran dengan segala dinamikanya tentu boleh dilakukan dan bahkan mungkin sangat perlu kita lakukan, tetapi hal tersebut jangan sampai kemudian melalaikan atau mengabaikan ibadah Ramadlan. Dengan begitu kita akan tetap menjaga konsistensi kita dalam menjalankan ibadah dan sekaligus kita tidak akan terisolir dari aktifitas manusia secara umum, da itulah kiranya yang sepatutnya kita lakukan agar kita benar-benar menjadi manusia yang salih secara individual dan sekaligus salih secara social. Amin.